SLEMAN - Adanya kesulitan dalam mempertemukan industri hulu dan hilir di bidang kosmetik menjadi tujuan awal diselenggarakannya Sosialiasi Temu Bisnis IKM Kosmetik 2021 oleh Kementerian Perindustrian RI, Selasa (3/8/2021).
Acara yang digelar secara virtual melalui aplikasi Zoom webinar ini diikuti oleh 200 orang peserta yang bergerak di bidang kosmetik dari berbagai kota di Indonesia, mulai dari pemasok minyak atsiri, rempah, ekstrak, industri kosmetik, dan turunannya.
Ratna Utarianingrum, Direktur Industri Aneka dan Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, dan Kerajinan Kementerian Perindustrian RI ketika membuka sosialisasi menyoroti kondisi industri kosmetik di dalam negeri saat ini yang masih banyak mengimpor bahan baku. Padahal banyak produsen dalam negeri yang juga memiliki kualitas bersaing yang dapat dipergunakan.
Bahan baku atsiri seperti minyak nilam misalnya, beberapa produsen kosmetik mengaku mendapatkan pasokan dari luar negeri atau impor. Selain kualitas yang baik, juga lengkap memiliki CoA (Certificate of Analysis) dan MSDS (Material Safety Data Sheet). Padahal Indonesia merupakan penghasil minyak atsiri terbesar di dunia. Bahkan bubuk ekstrak tanaman pun masih diimpor oleh sebagian industri tersebut.
Baca juga:
KBRI Kairo Gelar Diplomasi Kopi di Mesir
|
“Sosialisasi ini menjadi awal untuk rangkaian kegiatan yang bertujuan menciptakan sinergi antara produsen dengan industri kosmetik, ” ungkap Ratna.
Ratna mengatakan nantinya peserta yang mengikuti webinar ini akan didata mulai dari kebutuhan produksi hingga output yang sudah dihasilkan selama ini. Data tersebut akan diolah untuk menentukan formulasi webinar selanjutnya.
Perihal impor bahan baku ini juga digarisbawahi oleh Rudy Arman Sinaga dari Ditjen Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian RI.
Menuru Rudy, permasalahan industri kosmetik saat ini adalah 70-90% bahan baku kosmetik masih impor, banyaknya produk ilegal, investasi yang tinggi, zonasi industri serta persaingan dengan produk kosmetik impor. Padahal Indonesia memiliki potensi yang cukup tinggi di dunia kosmetik.
“Sebanyak 30.000 jenis tanaman obat-obatan berasal dari Indonesia dimana 350 jenis tanaman sudah dimanfaatkan dalam industri herbal, ” ujar Rudy.
Permintaan kosmetik yang cenderung stabil bahkan meningkat, kata Rudy, menandakan bahwa industri ini mengalami tren positif di tengah pandemi COVID-19. Tren kosmetik pria dan anak-anak, permintaan produk kosmetik halal berbahan alami atau herbal menjadikan industri kosmetik menjadi perhatian pemerintah untuk dibina lebih lanjut.
Lebih lanjut, Rudy mengatakan bahwa ke depannya akan dilaksanakan serangkaian webinar untuk mengawal sinergi antara supplier bahan baku dan industri. Bagi pelaku usaha yang hendak mendaftarkan diri silahkan untuk mengisi data dihttps://bit.ly/assessmentTemuBisnisIKMKosmetik21
“Setelah pendataan dan assessment, kami juga bertujuan hingga tercapai kesepakatan kerja sama antara IKM dan pemasok, ” ungkap Rudy. (Lena Lailasari/KIM Gamping)